https://tools.seoservices.com Bagi-Bagi ilmu SAWIT: 2017

Rabu, 29 November 2017

ciri fisik bibit yang afkir di pre-nursery

ciri fisik bibit yang afkir di pre-nursery


a.  Pucuk bengkok atau daun berputar.
     Kondisi ini diakibatkan oleh penanaman kecamba yang dilakukan terbalik dan/atau karena faktor   genetika dan dapat diketahui dari daun-daun yang tumbuhnya melengkung membentuk setengah lingkaran.
b.  Daun lalang atau daun sempit (narrow grass leaf).
     Bibit tumbuh dengan bentuk daun yang sempit memanjang dan tegak menyerupai daun lalang, ini merupakan bawaan faktor genetik.
c.  Daun kerdil dan sempit (stump/little leaf).
     Perkembangan helai daun tampak kerdil dan sempit.
d.  Daun menyempit dan tegak (acute/erect leaf).
     Bibit dengan daun menyempit.
e.  Daun yang menggulung (rolled leaf).
    Helai daun dari bibit tidak membuka secara normal, tetapi menggulung disepanjang batang daun sehingga menyerupai bentuk tombak.
f.  Daun berkerut/keriput (crinkle leaf).
    Bentuk daun ini memperlihatkan berbagai tingkat kerutan dan pada tingkat yang lebih berat akan terlihat kerutan tersebut pecah menyilang, ini faktor genetik.
g.  Daun melipat (collante).
     Helai daun dari bibit tidak menbuka secara normal, tetapi menciut lengket seperti melipat dan mengulung, hal ini disebabkan karena tanaman kekurangan air.
h.  Bibit kerdil (stunted).
     Bibit yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibanding bibit sehat seumurnya, hal ini disebabkan oleh faktor genetik.
i.  Chimaera.
    Sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah pucat atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dari jaringan yang normal.
j.  Bibit dengan serangan penyakit berat.
    Bibit yang terserang penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur curvularia dan penyakit Antharacnose (daun membusuk mulai dari pinggir) yang disebabkan oleh jamur antara lain Botriodiplodia, Melanconium elaidis dan Glomerella singulata harus afkir.


BACA JUGA ARTIKEL KAMI : 1. TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (KELAPA SAWIT)

                                                       2. PENENTUAN PENANAMAN KELAPA SAWIT PADASETIAP HEKTAR
                                                       3. PERAN HUJAN TERHADAP KELAPA SAWIT

Jumat, 03 November 2017

PERAN HUJAN TERHADAP KELAPA SAWIT

PERAN HUJAN TERHADAP KELAPA SAWIT

Pengertian Hujan 


proses terjadinya hujan
 

Hujan adalah jumlah air dari curah hujan yang jatuh dan tertampung pada bidang datar lanpa mengalami penguapan, peresapan dan pengaliran dalam jangka waktu tertentu (seperti harian, bulanan dan tahunan).
• Jumlah curah hujan dinyatakan dalam tinggi air (mm) yang diukur dengan posisi datar oleh penakar nujan dengan spesifikasi luas mulut/corong penakar adalah 100 cm2, sehingga curah hujan 1 mm setara dengan 10 cc per 100 cm2 ataupun curah hujan 1 mm setara dengan 1 liter air per m tertampung bidang datar.

Hari hujan adalah jumlah hari yang mana curah hujan dalam sehari setinggi > 0,5 mm. Bila dalam sehari curah hujan < 0,5 mm maka hari hujannya sama dengan nol tetapi curah hujan tetap diperhitungKan.


Karakteristik hujan umumnya meliputi jumlah curah hujan dan lamanya hujan, sedangkan intensitas hujan untuk keperfuan yang lebih khusus.


·    Hujan merupakan sumber air yang paling utama untuk berbagai tanaman pertanian termasuk perkebunan kelapa sawit.

·    Sumber air lainnya, misalnya air sungai praktis hanya untuk skala kecil saja seperti irigasi (penyiraman) pembibitan kelapa sawit.

·    Di Indonesia dijumpai keragaman hujan yang cukup besar dari satu tempat ke tempat lain secara spasial maupun dan waktu ke waktu secara temporal.

·    Secara spasial daerah pegunungan dengan topografl berbukit umumnya berpotensi hujan yang lebih besardari dataran rendah.

·    Secara temporal pada bulan-bulan tertentu hujan sangat melimpah. sementara pada waktu lain hujannya sangat sedikit. 



PolaHujan
·     Secara klimatologis berdasarkan karakteristik pola hujan maka tipe iklim di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu moonson, ekuatorial dan lokal.
·   Tipe moonson dicirikan oleh pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan). Peluang musim hujan dijumpai selama enam bulan yaitu November-April, selama tiga bulan curah hujan relatif tinggi hingga puncak yaitu Desember-Februari. Peluang musim kemarau juga dijumpai selama enam bulan yaitu Mei­-Oktober, selama Juni-Agustus curah hujan relatif rendah hingga terendah. Pola hujan seperti ini umumnya dijumpai pada kebun-kebun kelapa sawit di Lampung, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.
·    Tipe ekuatorial dicirikan oleh pola hujan dengan bentuk bimodal (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober yaitu pada saat matahari berada dekat ekuator. Pola hujan seperti ini umumnya dijumpai pada kebun-kebun kelapa sawit di Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat dan Papua.
·    Pola lokal juga dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodal (satu puncak hujan) tapi bentuknya berlawanan dengan pola hujan pada tipe moonson.
 

Pengaruh curah hujan rendah selama musim kemarau
Merupakan salah satu faktor pembatas bagi pertumbuhan dan hasil kelapa sawit karena mengakibatkan cekaman kekeringan.
·       Menyebabkan penutupan stomata pada siang hari.
Meningkatkan temperatur daun.
Mengurangi transpirasi dan fotosintesis
Meningkatkan aborsi bunga betina dan menunda membukanya daun muda (Pupus).
Mengurangi seks rasio jumlah bunga betina berkurang dan meningkatkan jumlah bunga jantan.
Penurunan hasil sewaktu musim kemarau karena kematangan tandan tidak normal atau dipercepat.
Penurunan hasil setelah musim kemarau disebabkan gugumya tandan bunga yang telah mekar, aborsi dan berpengaruh terhadap penentuan jenis kelamin bunga.
Penurunan hasil atau produksi tandan buah segar kelapa sawit umumnya berkisar 5 - 45%.

           Kematangan buah tidak nomal karena curah hujan rendah.

BACA JUGA ARTIKEL KAMI : 1. ciri fisik bibit yang afkir di pre-nursery
                                                       2. PENENTUAN PENANAMAN KELAPA SAWIT PADASETIAP HEKTAR
                                                       3. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)


 

PENENTUAN PENANAMAN KELAPA SAWIT PADA SETIAP HEKTAR



PENENTUAN PENANAMAN KELAPA SAWIT

PADASETIAP HEKTAR


Penentuan penanaman bibit sawit disetiap hektarnya berdasarkan dari kenyataan bahwa sawit tersebut akan tumbuh secara simetris, dengan daun-daunnya membentuk naungan yang melingkar. Radius dari pola naungan akan cenderung berkurang apabila jarak penanaman lebih rapat dan akan bertambah apabila jarak penanaman lebih rengang naungan menjadi maksimum jika daun-daun pada bagian tengah kanopi dapat mencapai posisi horizontal tanpa gangguan dari tanaman disekitarnya. Pada jarak tanam dimana kanopi tanaman sawit mampu melakukan aktifitas foto sintesis secara maksimum dan selama tanaman tersebut tidak terganggu oleh kompetisi cahaya dengan tanaman lain, makan akan dicapai pertumbuhan yang maksimum.

Pada uraian diatas terlihat sangat jelas bahwa tanaman sawit mempunyai karakteristik pertumbuhan yang berbeda-beda sehingga memerlukan jarak tanam yang berbeda juga dan jarak tersebut ditentukan oleh jenis tanah, kelembaban-kelembaban dan adanya teras, hal tersebut menjadi sangat penting dalam menentukan pedoman untuk mencari variasi permutasi.

Daya tumbuh perbandingan dari sawit yang berasal dari supplier tercatat dengan baik, hal tersebut dimaksudkan untuk membuat perumusan kebijaksanaan group didalam penentuan kepadatan penanaman dan jarak tanam.

Bahan bibit yang tertulis berikut ini telah di klasifikasikan secara berurutan berdasarkan dari daya tumbuh vegetatifnya.

1.   HMBP (G, HOPE)          - Daya tumbuh sangat bagus   - Cepat menjadi tinggi
2.   Chemara (GUTHRIE)    - Daya tumbuh bagus
3.   UPB                                - Daya tumbuh cukup
4.   HRU                               - Berbentuk relative pendek - Lebih pendek dari pada jenis yang lain padaumur sama
5.   EPA                                  - Berbentuk relative pendek

Kepadatan tersebut dapat dipakai untuk lahan datar yang normal dan pada daerah perbukitan yang miring. Pada lahan yang datar dan bergelombang pola penanaman akan dilakukan berdasarkan bentuk segitiga sama sisi yaitu secara garis lurus, sedang pada daerah curam dibuat teras kontur penanaman dilakukan pada teras-teras tersebut.



Perlu untuk diperhatikan bahwa pada sebagian besar bahan tanam yang berdaya tumbuh baik, ditanam pada kepadatan yang rendah pada suatu ketinggian. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga agar kompetisi cahaya antar tanaman minimum. Kompetisi dapat menyebabkan sawit menggunakan energinya lebih banyak untuk tumbuh daripada pembentukan buah, sementara itu pada waktu yang bersamaan dapat mengakibatkan pendeknya umur ekonomi tanaman.  
                                       
Pada sebagian area yang jauh dari pantai, tipe tanah dan teras umumnya sangat sangat bervariasi antara bukit yang miring sampai ke lahan yang relatip subur dan hasil yang optimum tidak dapat dicapai dengan satu jenis kepadatan tanaman.

Pada uraian seperti disebutkan diatas bahan HMPB dapat tumbuh sangat bagus pada lahan yang datar tetapi pertumbuhannya akan jauh lebih lambat pada daerah berbukit, untuk menghilangkan pengaruh seperti itu, perlu dilakukan pengurangan kepadatan penanaman pada lahan yang datar guna menghindari kompetisi cahaya antar sawit dan menambah kepadatan penanaman pada area berbukit yang miring dimana rata-rata pertumbuhannya lebih rendah sehingga area dapat mencapai hasil yang besar dari sawit-sawit yang lebih kecil untuk mengganti kapasitas hasil yang rendah.

Tindakan penggantian kerugian seperti diatas selanjutnya harus dibuat untuk menetralkan pengaruh dari adanya teras, dimana sawit yang ditanam pada sisi rendahan cenderung membentuk naungan yang berlebihan sedangkan pada dasar rendahan selain membentuk naungan yang berlebihan sawit juga tumbuh pada tanah yang lebih lembab daripada disisi bukit. Kedua factor tersebut cenderung membuat penanaman di rendahan lebih cepat tinggi dan akhirnya mengurangi umur ekonomi tanaman. Penggantian kerugian yang disebabkan kejadian seperti diatas adalah dengan penambahan jarak tanam.
Selanjutnya siapa saja yang terlibat pada pemanenan, mengetahui bahwa terlalu tingginya kepadatan tanaman disebabkan karena sawit berusaha untuk tumbuh keatas guna memperoleh cahaya dan pada keadaan tertentu sawit direndahan tingginya dapai mencapai lebih dari 6.09 m, lebih tinggi dibandingkan sawit yang bahan sumbernya sama tetapi ditanam di daerah berbukit.

Thanks sudah mampir gan....
 
BACA JUGA ARTIKEL KAMI : 1. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
                                                       2.  ciri fisik bibit yang afkir di pre-nursery                           
                                                       3. PERAN HUJAN TERHADAP KELAPA SAWIT

ciri fisik bibit yang afkir di pre-nursery

ciri fisik bibit yang afkir di pre-nursery a.  Pucuk bengkok atau daun berputar.      Kondisi ini diakibatkan oleh penanaman kecamba yan...